Home

Sabtu, 17 Juli 2010

Angka Kecukupan Gizi

1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkankan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber-sumber energi dan zat-zat gizi kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan seagai standar guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk.
Angka kecukupan gizi di Indonesia pertama kali diterapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala setiap lima tahun sekali.

2. Pengertian Dan Batasan Penggunaan
AKG yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan peyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
a) Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan pangan yag terjadi pada tiap tahap perlakuan pascapanen.
b) Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu, misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 54 kg. bila hasil survei menunjukan bahwa rata-rata berat badan menyimpan dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuin terhadap angka kecukupan. Demikian pula penyesuaian angka kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan berbeda dengan nilai yang digunakan dalam penetapan AKG yang dianjurkan. Penyesuaian perlu pula dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
c) Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktivitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk menyembuhkan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proposi AKG yag perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan.
d) Menetapkan standar bantuan pangan, misanya untuk keadaan darurat: membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dn ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu diperhatikn.
e) Menilai kecukupan persediaan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan pada butir 1.
f) Merencanakan program penyuluhan gizi.
g) Mengembangkan produk pangan baru di industri.
h) Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan promosi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.

3. Cara Menentukan Kebutuhan Faali
Sedapat mungkin, AKG ditetapkan dengan terlebih dahulu menetapkan kebutuhan faali rata-rata tubuh terhadap zat gizi yang sudah diserap/diabsorpsi. Nilai ini kemudian disesuaikan dengan faktor kehilangan karena penyerapan tidak sempurna dan untuk menampung variasi kebutuhan antarindividu dn ketersediaan faali zat gizi antarsumber bahan pangan. Dengan demikian, dalam AKG sudah dimasukkan faktor keamanan untuk tiap zat gizi, yang berkaita dengan pengetahuan tentang zat gizi bersangkutan, ketersediaan faaliny, dan variasi antarpenduduk.
Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat giziyang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan; sedangkan untuk orang dewasa merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara berat badan normal dan mencegah deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitian keseimbangan, serta pemeliharaan konsentrasi normal zat gizi di dalam darah dan jaringan tubuh. Untuk zat-zat gizi tertentu, kebutuhan mungkin pula didasarkan atas jumlah yang diperlukan baik untuk mencegah ketidakmampuan tubuh melakukan suatu fungsi khusus, maupun untuk mencegah timbulnya tanda-tanda defisiensi khusus, yaitu jumlah yang mungkin sangat berbeda dengan kebutuhan guna mempertahankan simpanan tubuh. Dengan demikian, penetapan kebutuhan untuk setiap zat-zat berbeda sesuai kriteria yang dipilih.
Langkah pertama dalam menyusun kecukupan gizi adalah menetapkan kebutuhan faali rata-rata penduduk yang sehat dan mewakili tiap golongan umur dan dan gender menurut kriteria yang telah ditetapkan. Untuk itu, perlu diketahui perbedaan-perbedaan di dalam tiap golongan yang memungkinkan perkiraan jumlah yang perlu ditambahkan pada kebutuhan rata-rata untuk memenuhi kebutuhan sesungguhnya semua orang sehat. Eksperimen demikian pada manusia sangat mahal dan perlu waktu lama serta sering tidak dapat dilakukan karena alasan atis. Oleh sebab itu, perkiraan kebutuhan dan variasinya sering dilakukan atas dasar informasi yang terbatas.
Bila kebutuhan penduduk mengukuti distribudi normal, penambahan dua standar baru (SB) terdapat kebutuhan rata-rata akan memenuhi kebutuhan sebagai besar (97,5%) populasi . dengan kemunkinan ada penculikan tentang kebutuhan protein, hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa kebutuhan zat-zat gizi berdistribusi normal. Oleh karena itu, tiap zat gizi diperlukan tersendiri guna memperhitungkan perubahan di dalam suatu populasi.
Kecukupan untuk energi ditetapkan dengan cara berbeda dari pada kecukupan untuk zat-zat gizi lain. AKG untuk energi mencerminkan rata-rata kebutuhan tiap kelompok penduduk. Kebutuhan energi berbeda menurut perorangan. Tambahan angka kecukupan untuk memenuhi variasi ini kurang tepat, karena untuk jangka waktu lama kelebihan ini akan menimbulkan obesitas pada seseorang yang mempunyai kebutuhan rata-rata.
Angka kecukupan untuk protein dan zat-zat gizi lain dinytakan sebagai taraf suapan terjamin (safe level of intake), yaitu rata-rata kebutuhan 2,5 standar baku yang memenuhi atau melebihi kebutuhan hampir semua individu (97,5%) dalam kelompok bersangkutan. Perkiraan demikian, memperhitungkan perbedaan kebutuhan individu di dalam kelompok. Bila semua orang mengkonsumsi protein atau zat-zat gizi lain pada nilai yang sama atau sedikit lebih besar dari konsumsi yang dianggap aman, sedikit kemungkinan bahwa seseorang mengkonsumsi jumlah yang tidak cukup. Jumlah yang sedikit lebih banyak ini tidak akan menimbulkan akibat merugikan. Perbedaan antara kedua cara penetapan AKG untuk energi dan zat-zat gizi lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar