Home

Sabtu, 17 Juli 2010

Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Energi

Akibat Kekurangan Energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negativif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal), bila terjadi pada bayi dan anak-anak itu akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa yang akan menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan pada anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Akibatnya barat badan bayi itu dinamakan marasmus dan bila disertai kekurangan protein kwashiorkor.


Akibat Kelebihan Energi

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akn diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal kabrohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup.

Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Protein

Akibat Kekurangan Protein

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat itu akan menyebabkab kwashiorkor pada anak-anak yang dibawah umur lima tahun (balita). Istilah kwashiorkor pertama diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditunggu kelahirannya. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersama dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan ini dinamakan Energy-Protein Malnutrition/EPM atau kurang Energi-Protein/KEP atau kurang Kalori-Protein/KKP. Sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.


Akibat Kelebihan Protein

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsimsi protein mencapai 6g/kg berat badan. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka kecukupan gizi (AKG) untuk protein.

Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang . status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makanan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi- geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang menggangu absorbsi zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan/obat cuci perut, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah banyak kencing (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obat.

Di beberapa bagian di dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih secara epidemis. Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia. Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai masalah gizi kurang. Sebaliknya, Negara-negara maju, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat pada umumnya menyalami masalah gizi lebih.



Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zai-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) itu dapat menyebabkan gangguan pada proses-proses.

a. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tinggkat sosial ekonomi menengah keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.

b. Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja , dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.

Angka Kecukupan Gizi

1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkankan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber-sumber energi dan zat-zat gizi kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan seagai standar guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk.
Angka kecukupan gizi di Indonesia pertama kali diterapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala setiap lima tahun sekali.

2. Pengertian Dan Batasan Penggunaan
AKG yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan peyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
a) Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan pangan yag terjadi pada tiap tahap perlakuan pascapanen.
b) Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu, misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 54 kg. bila hasil survei menunjukan bahwa rata-rata berat badan menyimpan dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuin terhadap angka kecukupan. Demikian pula penyesuaian angka kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan berbeda dengan nilai yang digunakan dalam penetapan AKG yang dianjurkan. Penyesuaian perlu pula dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
c) Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktivitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk menyembuhkan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proposi AKG yag perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan.
d) Menetapkan standar bantuan pangan, misanya untuk keadaan darurat: membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dn ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu diperhatikn.
e) Menilai kecukupan persediaan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan pada butir 1.
f) Merencanakan program penyuluhan gizi.
g) Mengembangkan produk pangan baru di industri.
h) Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan promosi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.

3. Cara Menentukan Kebutuhan Faali
Sedapat mungkin, AKG ditetapkan dengan terlebih dahulu menetapkan kebutuhan faali rata-rata tubuh terhadap zat gizi yang sudah diserap/diabsorpsi. Nilai ini kemudian disesuaikan dengan faktor kehilangan karena penyerapan tidak sempurna dan untuk menampung variasi kebutuhan antarindividu dn ketersediaan faali zat gizi antarsumber bahan pangan. Dengan demikian, dalam AKG sudah dimasukkan faktor keamanan untuk tiap zat gizi, yang berkaita dengan pengetahuan tentang zat gizi bersangkutan, ketersediaan faaliny, dan variasi antarpenduduk.
Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat giziyang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan; sedangkan untuk orang dewasa merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara berat badan normal dan mencegah deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitian keseimbangan, serta pemeliharaan konsentrasi normal zat gizi di dalam darah dan jaringan tubuh. Untuk zat-zat gizi tertentu, kebutuhan mungkin pula didasarkan atas jumlah yang diperlukan baik untuk mencegah ketidakmampuan tubuh melakukan suatu fungsi khusus, maupun untuk mencegah timbulnya tanda-tanda defisiensi khusus, yaitu jumlah yang mungkin sangat berbeda dengan kebutuhan guna mempertahankan simpanan tubuh. Dengan demikian, penetapan kebutuhan untuk setiap zat-zat berbeda sesuai kriteria yang dipilih.
Langkah pertama dalam menyusun kecukupan gizi adalah menetapkan kebutuhan faali rata-rata penduduk yang sehat dan mewakili tiap golongan umur dan dan gender menurut kriteria yang telah ditetapkan. Untuk itu, perlu diketahui perbedaan-perbedaan di dalam tiap golongan yang memungkinkan perkiraan jumlah yang perlu ditambahkan pada kebutuhan rata-rata untuk memenuhi kebutuhan sesungguhnya semua orang sehat. Eksperimen demikian pada manusia sangat mahal dan perlu waktu lama serta sering tidak dapat dilakukan karena alasan atis. Oleh sebab itu, perkiraan kebutuhan dan variasinya sering dilakukan atas dasar informasi yang terbatas.
Bila kebutuhan penduduk mengukuti distribudi normal, penambahan dua standar baru (SB) terdapat kebutuhan rata-rata akan memenuhi kebutuhan sebagai besar (97,5%) populasi . dengan kemunkinan ada penculikan tentang kebutuhan protein, hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa kebutuhan zat-zat gizi berdistribusi normal. Oleh karena itu, tiap zat gizi diperlukan tersendiri guna memperhitungkan perubahan di dalam suatu populasi.
Kecukupan untuk energi ditetapkan dengan cara berbeda dari pada kecukupan untuk zat-zat gizi lain. AKG untuk energi mencerminkan rata-rata kebutuhan tiap kelompok penduduk. Kebutuhan energi berbeda menurut perorangan. Tambahan angka kecukupan untuk memenuhi variasi ini kurang tepat, karena untuk jangka waktu lama kelebihan ini akan menimbulkan obesitas pada seseorang yang mempunyai kebutuhan rata-rata.
Angka kecukupan untuk protein dan zat-zat gizi lain dinytakan sebagai taraf suapan terjamin (safe level of intake), yaitu rata-rata kebutuhan 2,5 standar baku yang memenuhi atau melebihi kebutuhan hampir semua individu (97,5%) dalam kelompok bersangkutan. Perkiraan demikian, memperhitungkan perbedaan kebutuhan individu di dalam kelompok. Bila semua orang mengkonsumsi protein atau zat-zat gizi lain pada nilai yang sama atau sedikit lebih besar dari konsumsi yang dianggap aman, sedikit kemungkinan bahwa seseorang mengkonsumsi jumlah yang tidak cukup. Jumlah yang sedikit lebih banyak ini tidak akan menimbulkan akibat merugikan. Perbedaan antara kedua cara penetapan AKG untuk energi dan zat-zat gizi lain.

Senin, 05 Juli 2010

Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
a. Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
b. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1) Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2) Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
c. Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)

Sabtu, 03 Juli 2010

Proses Pembentukan Tanah

Tanah terdapat di mana-mana. Perhatikan lingkungan disekitarmu! Tanah terdapat dihalaman dirumahmu, di halaman sekolahmu, di kebun, atau dipinggir jalan. Tamah menjadi bagian penting bagi kelangsungan makhluk hidup. Tanah menjadi tempat berpijak, tempt mendirikan bangunan, tempat bercocok tanam, dan tempat memelihara hewan. Tanah merupakan unsur permukaan bumi yang sangat penting untuk kehidupan di muka bumi. Tanah adalah lapisan atas bumi yang berbentuk dari berbagai canpuran, yaitu pelapukan batuan induk (anorganis) dan tumbuhan serta binatang yang sudah mati (organis). Bagaimana tanah bisa terbentuk? Dan dari mana asal tanah?
Pada dasarnya tanah berasal dari hasil pelapukan dan pengendapan batuan-batua (bahan anorganik) yang dalam prosesnya telah bercampur dengan bahan-bahan organik. Pelapukan adalah rusaknya batuan dari buriran besar menjadi butiran kecil bahkan halus.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu keadaan struktur batuan dan iklim. Ada beberapa cara pelapukan atuan, antara lain sebagai berikut.

1. Pelapukan fisik adalah peristiwa pemecahan batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil karena pengaruh tenaga luar, dapat berupaya sinar matahari maupun angin.
a. Batuan dapat mengalami pelapukan dan pengikisan. Pelapukan batuan dapat terjadi akibat perbedaan suhu antara siang dan malam. Pada siang hari, batuan dapat atau akan mengalami pemanasan karena sinar mata hari sehingga mengembang. Pada malam hari, batuan akan mengalami pendinginan sehingga mengerut. Berarti, batuan akan mengembang dan mengerut secara bergantian pada siang dan malam hari. Lama – kelamaan batuan tersebut akan menjadi retak dan bisa pecah. Pecahan batuan yang berupa berkepin-kepingan yang sangat kecil itu akan berubah menjadi kerikil dan pasir lalu menjadi debu.
b. Pembentukan air didalam celah-celah batuan. Air dalam keadaan cair akan bertambah volumenya jika membeku menjadi es. Oleh karena itu, air yang membeku didalam celah-celah batuan dapat menekan batuan sehingga pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

2. Pelapukan biologis adalah proses perusakan atau penghancuran batuan-batuan yang disebabkan oleh kegiatan organisme baik tumbuhan atau hewan, misalnya akar pohon, rayap, dan semut yang masuk celah-celah batuan.

3. Pelapukan kimia
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang disebabkan bahan kimia yang bersifat melapukan. Salah satu contoh penyebab pelapukan adalah hujan asam. Hujan asam terjadi dari gas polusi industri yang bereaksi dengan uap air di angkasa. Sedikit demi sedikit tetesan hujan asam dapat ”melarutkan” batuan atau bangunan.

Proses Pembebtukan Tanah

Tanah terdapat di mana-mana. Perhatikan lingkungan disekitarmu! Tanah terdapat dihalaman dirumahmu, di halaman sekolahmu, di kebun, atau dipinggir jalan. Tamah menjadi bagian penting bagi kelangsungan makhluk hidup. Tanah menjadi tempat berpijak, tempt mendirikan bangunan, tempat bercocok tanam, dan tempat memelihara hewan. Tanah merupakan unsur permukaan bumi yang sangat penting untuk kehidupan di muka bumi. Tanah adalah lapisan atas bumi yang berbentuk dari berbagai canpuran, yaitu pelapukan batuan induk (anorganis) dan tumbuhan serta binatang yang sudah mati (organis). Bagaimana tanah bisa terbentuk? Dan dari mana asal tanah?
Pada dasarnya tanah berasal dari hasil pelapukan dan pengendapan batuan-batua (bahan anorganik) yang dalam prosesnya telah bercampur dengan bahan-bahan organik. Pelapukan adalah rusaknya batuan dari buriran besar menjadi butiran kecil bahkan halus.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu keadaan struktur batuan dan iklim. Ada beberapa cara pelapukan atuan, antara lain sebagai berikut.

1. Pelapukan fisik adalah peristiwa pemecahan batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil karena pengaruh tenaga luar, dapat berupaya sinar matahari maupun angin.
a. Batuan dapat mengalami pelapukan dan pengikisan. Pelapukan batuan dapat terjadi akibat perbedaan suhu antara siang dan malam. Pada siang hari, batuan dapat atau akan mengalami pemanasan karena sinar mata hari sehingga mengembang. Pada malam hari, batuan akan mengalami pendinginan sehingga mengerut. Berarti, batuan akan mengembang dan mengerut secara bergantian pada siang dan malam hari. Lama – kelamaan batuan tersebut akan menjadi retak dan bisa pecah. Pecahan batuan yang berupa berkepin-kepingan yang sangat kecil itu akan berubah menjadi kerikil dan pasir lalu menjadi debu.
b. Pembentukan air didalam celah-celah batuan. Air dalam keadaan cair akan bertambah volumenya jika membeku menjadi es. Oleh karena itu, air yang membeku didalam celah-celah batuan dapat menekan batuan sehingga pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

2. Pelapukan biologis adalah proses perusakan atau penghancuran batuan-batuan yang disebabkan oleh kegiatan organisme baik tumbuhan atau hewan, misalnya akar pohon, rayap, dan semut yang masuk celah-celah batuan.

3. Pelapukan kimia
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang disebabkan bahan kimia yang bersifat melapukan. Salah satu contoh penyebab pelapukan adalah hujan asam. Hujan asam terjadi dari gas polusi industri yang bereaksi dengan uap air di angkasa. Sedikit demi sedikit tetesan hujan asam dapat ”melarutkan” batuan atau bangunan.